| |
Menjadi tamu di Hamburg (8-9 Sept' 2001)
Austria:
RM Danardono Hadinoto
Membawa selembar daun
zaitun....‘
Bersama ini saya ingin bawakan sebuah liputan ringkas mengenai pertemuan
kekeluargaan umat Kristen Eropa di Hamburg pada tanggal 8 dan 9 September
yang lalu.
Hujan rintik2. Udara cukup sejuk, sekitar 15 ° C. Kami berdua, maitua dan
saya berangkat menuju Hamburg dengan kereta api pada malam hari, Jumat 7
September. Tiba dipagi hari tanggal 8 September hari Sabtu.
Delegasi tamu yang terbesar datang dari negeri Belanda (kira2 40 orang) yang
tiba pagi hari itu juga. Bersama rombongan itu datang Ketua Persekutuan
Kristen Indonesia se Eropa (PERKI), zus Yuyu Mandagi-Krisna, yang diiringi
paitua, sdr. Asbari Krisna, seoorang Aktivist Kristen di Eropa dan juga
wartawan senior di Radio Nederland di Hilversum.
Bersama rombongan ini pula tiba, sahabat lama di Fordis, broer Lucky Rumopa.
Sangat gembira kami bertemu dengannya, sebab selama ini kami hanya sempat
bertukar fikiran di forum Sulut dan MPO. Dalam dua hari ini, kami sempat
bicara banyak sekali mengenai idee2 dan masalah2 aktual di Tanah Air. Piagam
Djakarta. Poso. Great Minahasa Network.
Pusat pertemuan kami adalah gereja Evangelische Reformierte Kirche di
Ferdinandstraße yang terletak dijantung kota Hamburg. Maitua merasa sangat
‚at home‘ ditengah saudara2 baru ini, terutama karena lebih dari separuh
dari saudara2 yang datang adalah warga Kawanua. Juga tuan rumah yang
menerima kami dirumahnya untuk menginap, broer Hedio Ticoalu dan isterinya
zus Joulie Supit-Ticoalu (ngobrol punya ngobrol ternyata banyak kenalan
bersama, broer Hedio ini dari Sawangan Tanggari dimana Papa Mantu saya
dimakamkan, dekat makam waruga). Tak tahu saya bagaimana membalas kebaikan
dan keramahannya selama kami disana. Kelompok terbesar selain dari Minahasa
adalah dari Tapanuli dan Maluku. Saudara2 dari Jawa kali ini jadi minoritas.
Acara utama pertemuan ini adalah menyelenggarakan 'Hari Keluarga', dimana
kita, keluarga Kristen terutama kali ini dari negeri Belanda dan tuan rumah,
Hamburg, bertemu secara kekeluargaan, bertatap muka, bersilaturahmi, dan
terutama memperdalam iman. Ini juga merupakan manifestasi kesaksian
Kristiani. Tanpa acara muluk2 ataupun pidato2 yang melangit.
Seluruh management kedua hari ini ditangani oleh zus Kartini Mumme-Joseph,
yang juga berasal dari Minahasa (tepatnya, dari Sonder), bersama rekan2 dari
PERKI Hamburg. Ah ya, maitua juga sempat sampaikan salam zus Zisca pada zus
Kartini. Beberapa nama yang patut disebut disini adalah saudara Patri
Tarigan, Loupatty, Surbakti (dan banyak yang lain yang tak dapat saya sebut
satu2).
Sore itu, hari sabtu 8 September, yang kami buka acara dengan kebaktian,
benar2 sangat mengharukan. Mengapa? Kami tiba2 bertemu dengan saudara2
seiman yang dengan tulus datang untuk saling berjumpa walau sebelumnya tidak
saling mengenal; bagi maitua, perjumpaan dengan demikian banyak warga
sekampung halaman. Beberapa diantaranya juga netters atau pembaca forum
diskusi ini.
Pembawa firman malam itu adalah pendeta Manuling, yang menghadirkan sebuah
firman Allah mengenai riwayat nabi Nuh dalam menghadapi banjir. Inti pesanan
yang sangat menembus sanubari kami adalah kisah mengenai seeokor merpati
yang dikirim nabi Nuh beberapa kali menjajaki keadaan banjir, dan akhirnya
kembali dengan sehelai daun zaitun segar. Pesan yang dibawakan, oleh pendeta
Manuling dan sang merpati pada jemaat adalah, agar kita tidak mencari
kebesaran Allah hanya dalam hal2 yang besar2, megah2 atau agung, namun juga
dalam hal yang kecil2 dalam kehidupan se-hari2. Dalam kesederhanaan
kehidupan kita se-hari2 kita temui Allah, yang tidak muncul dalam bentuk
megah mewah, namun dalam hal2 yang sangat bersahaja. Allah tidak muncul
dalam baju kebesaran seorang raja, namun dalam lampin..
Mungkin, ini dapat kita transformasi dalam misi kita membangun Minahasa yang
baru. Kita bawakan selembar daun zaitun. Selembar daun zaitun cukup
membawakan kebenaran tanpa kita perlu menyaksikan sebuah pohon utuh yang
segar, untuk percaya bahwa karya Allah telah digenapi.
Keesokan harinya, Minggu 9 September adalah puncak acara pada Hari Keluarga
itu. Siang hari dimulai dengan ibadah. Dalam ibadah itu, yang diselenggarkan
oleh tamu2 dari negeri Belanda, diangkat doa untuk Minahasa. Hal ini kami
bicarakan sore hari sebelumnya bersama pendeta Rumopa atas permintaan
beberapa teman2, antara lain juga permintaan dari maitua.
Menit2 sesudahnya berjalan dengan sangat mengharukan, terutama bagi saya
pribadi. Saudara Asbari Krisna, suami zus Yuyu Mandagi mengumumkan, bahwa
hari ini akan dipertemukan dua saudara yang telah berpisah selama 40 tahun.
Hmm.. yang bertemu kembali adalah sdr. Dr. Purbo-Baskoro Hadinoto dan saya
sendiri. Saudara satu ini, adalah anak paman saya,dan bekerja sebagai dokter
hewan yang bermukim di Jerman, dan saya jumpai terakhir dibulan Agustus 1961
di Jogyakarta , ketika ia berusia 10 tahun. Saya duduk di kelas satu SMA.
Kami berdua berasal dari keluarga Islam, dan kami berdua menemukan dan
mengikuti Kristus. Kami dipertemukan kembali, setelah sekian lama, justeru
oleh saudara2 kami seiman, di-tengah2 saudara2 dari Minahasa, Maluku,
Tapanuli dan Toraja.
Air mata berlinang. Air mata haru dan syukur. Sebuah kesaksian nyata akan
karya Kristus yang kami yakini, berada ditengah kami (sdr. Purbo Hadinoto
ini juga pengurus PERKI se Europa untuk bagian advokasi dan jaringan).
Kami, dua keluarga yang telah lama bersua ini, diperkenalkan dimuka hadirin.
Sdr. Purbo Hadinoto sumbangkan dua lagu bersama isterinya dengan iringan
gitar. Sebuah lagu Kristiani dan sebuah lagu kanak2 dalam bahasa Jawa yang
kami nyanyikan semasa kami kecil.
Setelah itu, atas permintaan maitua, Roosye Dimpudus-Hadinoto, kami
nyanyikan bersama lagu ‚Opo Wananatas‘, dimana kami minta semua warga
Minahasa yang hadir untuk tampil kemuka. Lagi2 airmata berlinang penuh
keharuan. Broer Rumopa juga menyanyi dengan penuh semangat.Kami menyanyi
terutama sambil mendoakan keadaan Minahasa yang kini benar2 dalam
keprihatinan dalam pergumulan menghadapi ancaman2 yang datang dari luar.
Setelah itu dilaksanakan acara barbecue dan ramah tamah, dimana kami
berkesempatan bertukar fikiran mengenai idee2 kami dalam mengatasi masalah
di Tanah Air. Juga idee2 kami dalam membantu perwujudan Great Minahasa.
Kami dari Wina dapat menyaksikan dan mempelajari dari dekat kegiatan PERKI,
baik PERKI Hamburg maupun PERKI se Europa sebagai wadah insan Kristiani di
Europa. Wadah untuk pelayanan, keaksian dan aktivitas2 sosial. Dalam upaya
membangun jaringan GMN, kami lihat kemungkinan2 mencari dukungan dan akses
dari sesama ummat Kristiani,lembaga2 gerejawi serta LSM2 di Europa .
Malam itu 9. September, kami bertolak kembali kenegeri asal kami masing2.
Pendeta Rumopa meninggalkan Hamburg bersama rombongannya ke negeri Belanda.
Kami kembali dengan kereta ke Wina. Kami lambaikan tangan penuh haru,
terimakasih pada saudara2 seiman dalam Kristus yang kami tinggalkan di
Hamburg, zus Kartini Joseph dan kawan2. Keluarga Ticoalu, tuan rumah kami.
Kami kenang sabda Kristus, bahwa Dia ada ditengah kita, bila dua tiga orang
berkumpul menyebut namaNya. Terimakasih ya Tuhan akan kesaksian yang boleh
kami alami bahwa Dikau ada dan Dikau berada ditengah kami.
Kami mengerti pesanMu, untuk membawa selembar daun zaitun...
Shalom. Vienna, 11 September 2001 |
|
Kongres Minahasa Raya II (Tomohon, 17-18 Juli 2001)
Tomohon: Tommy Lanawaang
Kita mo barbage cirita dari KMR II for all
netters. Memang bukan seperti liputan wartawan karena mungkin akan banyak
tacampur dgn kita pe opini. Setidaknya yang kita mo barbage akang persepsi
dan evaluasi seorang tou Minahasa yang berharap KMR II bisa menjadi salah
satu kanal dalam unjuk gigi di pentas pertiwi.
Amper jam 10 pagi kita dgn satu rekan so meluncur ke Tomohon dengan harapan
bisa kase kontribusi di KMR. Kira-kira jam stengah 11 lebe sadiki, kita maso
di Aula Bukit Inspirasi. Kita sempat angka tanganpa Hanny kase dukungan
moril. Panitia secara proaktif langsung kase kartu peserta. Para Legium
Christo dari pemuda Katolik banyak yg mondar-mandir dgn seragam khas
hitam-hitam. Kesan pertama yang kita dapa, “ini Kongres pe sunyi skali”. Pe
banya skali kursi kosong. Hanya di bagian tengah yang banyak orang, itupun
dengan diselingi kursi kosong yang lumayan banyak. Sayap kiri nyaris kosong,
sayap kanan mungkin terisi seperlimanya. Di bagian depan (stage) kita lia
David Tular pegang mike. Para “aparat jajarannya” nampak serius (atau
termangu) mengamati floor. Dari kanan ke kiri, berturut-turut Wempi
Kumendong, Conny Rumondor, David Tular, Feybe Lumanauw, Tenny Assa, Veronica
Kumurur dan Stevanny Kumaat. Kita ba pikir wah, selain Vero dan Conny dorang
adalah pimpinan pemuda gereja.
Di floor para tou Minahasa sibuk tunjung jare, ada yang babakentei for mo
tunjung badan, ada yang melambai-lambaikan kertas, ada yang rasa-rasa so mo
badiri di atas meja, ada yang babataria “Hoi…hoi… moderator”. Wah panas
sekali. Apa pasal? David sementara ada minta pendapat floor apakah
dorang-dorang yang dimuka yang akan memoderasi KMR atau bagaimana? Di depan
stage (dimana para moderator duduk) ada satu mike yang orang-orang baku
rampas akang. Kalu tu mike orang, eh dapa sayang skali dia. Belakangan Billy
Yohanes pi jaga tu mike, maar tetap dorang baku ciraro akang. Kita baku haga
dgn kita pe tamang yang ada datang dari Manado, “cilaka torang, mo dapa
manfaat apa dari KMR yang baru start so baku abu bagini”. Beberapa orang di
sekitar kitorang so mulai baba veto sandiri. Ngedumel, bilang “Tutup jo ini
Kongres”. Ketua K3, Benny Tengker yang baru maso kita lia kaluar ulang.
Perdebatan ini reda setelah Erick Mingkid bicara keras tentang perlunya
pertemuan ini didukung oleh para Minahasa dan panitia (David,dkk)
dipercayakan saja jadi moderator, dengan catatan kalau ada pertemuan sejenis
dengan pemrakarsa orang lain, juga diperlakukan sama. Nampaknya Erick
menangkap kesan ada sebagian peserta yang suka mo duduk di kursi yang lagi
diduduki David, dkk. Mungkin ada satu jam atau kurang perdebatan “konyol”
ini terjadi baru David bisa lega dan kase tu mike for memoderasi Kongres pa
Conny.
Conny mulai mengarahkan floor dengan membuka kesempatan memberi pendapat.
Setelah lima pengusul pertama, Conny (atas kehendak floor) kase kesempatan
khusus for Minahasa overseas bicara. Benny Tengker (Benteng) mengambil
kesempatan pertama, kong Lucky Kalonta, tou Minahasa dari Melbourne. Benteng
mengawali dgn kalimat “Noh so bagini noh tu kitorang, orang Minahasa.
Bakalae dulu baru sepakat”. Agaknya dia “mengevaluasi” floor yang sempat
memanas sebelumnya. Usulan selanjutnya dari tokoh Kawanua ini cenderung
bicara secara normatif tentang etos Minahasa, bahwa lebih penting buat
kitorang samua untuk berpikir bagaimana Minahasa tetap aman dan orang
bekerja keras membangun Minahasa. Nampaknya dia berusaha menggiring floor
untuk berhati-hati dalam memasuki wilayah politik, khususnya yang sedang
terjadi di Jakarta. “Biar jo torang nyanda usah talalu pusing dengan dorang,
torang urus torang pe diri jo”. Kurang lebih itu tu kata-kata yang Benteng
ada bilang. Beda dengan Pak Kalonta. Selain menyentil soal pentingnya
kemauan dan usaha keras tou Minahasa, dia menganjurkan agar sekali-sekali
tou Minahasa beking kejutan for orang pusat. Kurang lebih tiga kali kalimat
ini diulang-ulang oleh beliau. Tafsiran floor tentang kejutan yang dimaksud
tidak lain adalah kejutan politik. Pak Kalonta juga menyampaikan komitmen
kawanua di Melbourne/Australia yang bersedia menanggung biaya pendidikan dan
pemondokan selama pendidikan di Australia, yang penting mau datang. Artinya
biaya perjalanan ditanggung oleh ybs. Dorang rupanya ada beking kerjasama
dgn pihak gereja. Entah kenapa, overseas dari Belanda tidak hadir, juga dari
Amrik. Atau terlambat datang, karena waktu ada minta badiri for perkenalan
dorang nyanda muncul.
Dan Veronica pun beraksi Dalam hal memimpin
sidang, Conny tampaknya mesti banyak belajar. Meskipun menjadi Ketua REI
Sulut (kalau nyanda salah), tapi dalam memimpin floor dengan peserta yang
menganggap satu sama lain sama dan sederajat, dalam iklim yang penuh dengan
nuansa “sei reen”, dia mesti banyak belajar, terutama tentang ke-egalitarian-an
orang Minahasa. Agaknya dia terjebak pada kebiasaan di forum-forum lain yang
memberikan privilege khusus kepada pembesar (misalnya anggota dewan dan
pemimpin parpol atau organisasi tertentu) untuk berbicara secara khusus.
Sikapnya yang mengekslusifkan orang-orang tertentu langsung dikecam
habis-habisan oleh floor. Kasiang skali dia, dibantai oleh forum. David
berusaha menetralisir dengan mengambil alih moderasi sampai break makan
siang. Feybe kemudian tampil menggantikan dia. Kita lia tu tua-tua Minahasa
lebe banyak bersikap “cool”. Ada Pdt. Roeroe, Oom Frets Sumampow, dr. Bert
Supit, Sekkot Bitung Huibert Tarore, beberapa pendeta, tokoh-tokoh LSM,
pimpinan mahasiswa, etc.
Usulan floor sangat variatif. Beberapa usulan yang kita bisa tangkap antara
lain:
1. KMR sebaiknya juga menyikapi pada persoalan-persoalan sosial di Minahasa
seperti narkoba di kalangan generasi muda, tawuran antar kampung, etos kerja,
dll. Intinya pusaran perhatian KMR jangan berada pada persoalan-persoalan
dalam tataran pusat, tapi juga persoalan-persoalan penting di sekitar orang
Minahasa di Minahasa. Persoalan-persoalan itu juga meliputi pentingnya
membangun pertanian, perdagangan, interaksi antar etik dan antar bangsa yang
kontributif terhadap kemajuan Minahasa.
2. Berkembangnya opsi Minahasa merdeka dengan atau tanpa alasan Piagam
Jakarta sebagai sumber legitimasi kemerdekaan itu. Ada pengusul yang keras
sekali berbicara bahwa NKRI sejak 57 tahun lalu (bukan cuma pada masa orba)
tidak pernah memberikan sesuatu apapun untuk Minahasa, malah sebaliknya
Minahasa diperdaya terus menerus. Sekalipun begitu floor lebih kental
mengisyaratkan bahwa opsi Minahasa merdeka merupakan reaksi dari amandemen
konstitusi yang memasukkan Piagam Jakarta. Ada pengusul yang mengajak KMR
juga memikirkan symbol-simbol negara Minahasa kelak (seperti lambang, lagu
kebangsaan, bendera). Namun opsi ini nampaknya berhadapan dengan sikap yang
tetap mempertahankan ke-minahasa-an dalam ke-indonesia-an. Ide propinsi
Minahasa kayaknya tidak diminati oleh floor. Mungkin hanya Oom Frets dkk
yang setuju.
3. Perlunya sikap KMR terhadap SI MPR. Sekalipun tidak boleh dianggap
representasi dari floor, nampaknya cukup kuat pandangan yang mempertahankan
duet Gus Dur - Mega sampai 2004, malah PMKRI mendesak GD mengeluarkan Dekrit
yang membekukan DPR/MPR. Kita sempat badiskusi dengan satu orang pendeta (dia
tadinya ada beking spanduk mendukung GD tapi waktu mo digelar dilarang sama
aparat keamanan), dia bilang cuma GD yang bisa dipercaya dalam menjamin
pluralitas dan eksistensi minoritas (terutama kaum Kristen). GD telah
terbukti untuk hal yang satu ini. Jadi ada semacam kekuatiran orang Kristen
akan dimarjinalkan manakala GD diganti.
4. Perlunya sikap tegas untuk menolak pemberlakuan syariat Islam dalam
wilayah NKRI dengan alasan apapun. Usulan ini menentang usaha penerapan
hukum/syariat Islam di Aceh dan di Sulsel.
5. KMR juga diminta mengambil sikap untuk memperhatikan dan membantu para
Minahasa di perantauan (di Indonesia) yang tertekan, misalnya dalam
peristiwa Poso, atau penganiayaan pada orang Kristen di seantero RI.
Kita sandiri so nyanda iko sampe klar tu KMR. Sekalipun kita mo coba ba
pikir positif tentang KMR, maar rasanya kita nyanda talalu dapa manfaat ada
iko tu KMR. Lebe bae bale kantor kong urus tu kerja. KMR pe mekanisme talalu
cair dan semua peserta dapat mengusulkan materi apa saja. Akibat floor yang
cuma dilibatkan dalam memberikan usul maka kualitas partisipasi peserta KMR
sangat rendah. Jadi kuantitas oke, tapi kualitas jelek sekali. Di satu sisi
panitia ingin mendapatkan masukan dari floor sebanyak-banyaknya, tapi peran
floor hanya sebagai penyampai usul. Nanti tim perumus yang akan merumuskan
dalam deklarasi. Draft deklarasi tidak ada, nyanda usah heran sampe skarang
KMR belum ada keputusan. Malah kita baca di Manado Post, tim perumus
gontok-gontokan dan sepakat nyanda ada deklarasi. Mungkin kalu ada
pembahasan Komisi dengan materi yang lebih focus maka masalah rendahnya
kualitas partisipasi peserta dapat tertanggulangi dan tim perumus tidak akan
dead lock. Kita curiga sekali tim perumus ingin memasukkan agenda atau
selera pribadinya ke dalam rumusan deklarasi sehingga pertentangan ide pun
tak terelakkan lagi.
Kualitas representasi dari KMR juga sangat meragukan. Entah kenapa panitia
tidak belajar dari KMR I. Seandainya di setiap desa/kelurahan di Minahasa/Manado/Bitung
ada dua orang jo unsur tokoh desa dilibatkan maka dari sekitar 600 desa/kelurahan
ada 1200 orang peserta mewakili unsure masyarakat. Ditambahkan dengan tokoh
gereja, pemimpin ormas, organisasi profesi, organisasi kepemudaan, dsb maka
target 3000 peserta sangat mungkin terpenuhi. Tapi dengan model KMR seperti
yang dibuat barusan torang lebe bae ba piker positif jo. Kalu de pe usulan
bagus dukung. Maar kalu nyanda kita kira nyanda salah kalu farek akang saja.
Sebenarnya KMR II ini punya bobot lainnya yang patut diacungi jempol. Selain
dihadiri kawanua mancanegara,juga ada beberapaetnik lain yang berpartisipasi.
Dari Halmahera (Maluku Utara) dan dari Toraja turut unjuk bicara.
Btw, yang kita salut sebenarnya pa torang pe tokoh-tokoh di fordis yang
terlibat di KMR. Veronika ternyata jago manyanyi. O ina mateeee, de pe “Esa
mo kang genangku” kalu dengar kua, sedang Conny Mamahit bisa lewat. He… he…
kita nyanda sangka. Juga ada Oom Johan Frans Rindorindo, torang pe diplomat
yang kase uraian panjang lebar tentang pemahaman filosofis beliau tentang
Minahasa. Kita waktu ada dengar tu salah satu peserta KMR, Wailan Langkay pe
cara ba usul dan materinya dapa inga model Manguni Makasiouw jaga bakao di
fordis.
Well, ini kita pe cirita. Mungkin ada peserta KMR laeng dan kebetulan netter
di sini mo bacirita ley. Biar torang perkaya pandangan tentang KMR II dari
berbagai sisi. |
|
Pengamatan dari podium KMR II
Tomohon: Veronica Kumurur
Teman-teman Netters, saya
kok tergelitik untuk menambahkan atau bahkan ada yang terulang dari laporan
pandangan mata Cymmot yang mengambil posisi sebagai audience dan meihat dari
sudut pandang dari arah audience. Kini saya mengamati dari sudut atau arah
podium, biar lengkap. ok??
SAYA SALAH SATU YANG DUDUK DI PODIUM BERSAMA DENGAN BEBERAPA TEMAN LAIN, DAN
BERTUGAS SEBAGAI MODERATOR. SAYA PIKIR, INI ADALAH TUGAS YANG BERAT JUGA,
MEMODERATORI ORANG-ORANG MINAHASA DI SELURUH MINHASA YANG DATANG (BARANGKALI?).
MODERATOR INI DIBAWA KOORDINASI DR. DAVID TULAR, YANG SAYA LIHAT SANGAT
HANDAL MEMIMPIN DISKUSI INI.
SAAT ITU SAYAPUN MENGAMBIL PERAN SEBAGAI NOTULEN AJA, SEBAB KELIHATANNYA
TIDAK ADA YG BERPERAN DEMIKIAN, WALAUPUN SAYA ADA DI PODIUM. YA, SAYA PIKIR
LEBIH ASYIK DGN PEKERJAAN ITU, MENDENGAR DAN MENULIS DAN SESEKALI SAYA HANYA
BISA BILANG DI HATI SAYA UNTUK MEMAKLUMI KONDISI INI, DIMANA NADA-NADA
TINGGI MULAI BERGEMA DAN SALING TABRAK MENABRAK DI UDARA. BIASA...BUDAYA
SALING "NYANDAK MO BAKU DENGAR TERJADI". INTERUPSI2 PUN TERJADI,
KELIHATANNYA PESERTA AGAK BINGUNG DENGAN ACARA INI "KONGRES" ATAU "SEMINAR".
PESERTA YANG ADA MEMPROTES BAHWA ACARA KONGRES TIDAK DEMIKIAN DI RANCANGNYA,
"INI ACARA SEMINAR DIA BUKAN KONGRES". YAP...SAYA PIKIR ADA BENARNYA JUGA,
TAPI APA DAYA KONDISI ATAU ACARA HARUS BERLANGSUNG. BARANGKALI MEKANISMENYA
MEMANG KURANG TEPAT SAYA PIKIR. BETUL YG DISAMPAIKAN CYMMOT, ADA BEBERAPA
USUL UTK MENDATANGKAN PERWAKILAN DARI BEBERAPA ETNIS MINAHASA & BANTIK UTK
DATANG KE ACARA ITU. TAPI PERTANYAAN SELANJUTNYA (MENURUT SAYA) ADALAH:
SIAPA YANG AKAN MEWAKILI ATAU ETNIS TOUNTEMBOAN, TOULOUR, DLL??? SEBAB KITA
SUDAH BERBAUR MENJADI SATU "MIHAHASA". KITA TIDAK PUNYA KEPALA SUKU ATAU
KITA TIDAK PUNYA KETUA "MARGA" SEPERTI DI BATAK, SEHINGGA MUDAH
MENGUNDANGNYA. CONTOH: DI DAERAH BATAK TAPANULI, YANG BERUNDING DI DALAM
SATU ACARA ADALAH KETUA MARGANYA (ATAU YANG DITUAKAN DI DALAM MARGA/FAMNYA)
SEHINGGA MEKANISME INI BEREMBUK DARI BERBAGAI ETNIS ATAU BAGIAN KECIL MARGA/FAM,
MUDAH DILAKUKAN. BAGAIMANA DENGAN KITA DI MINAHASA?? TIDAK MUDAH SAYA LIAT.
SUNGGUH-SUNGGUH TIDAK MUDAH MENGATUR SUATU ACARA UNTUK BERKUMPUL DAN
MENYATUKAN PENDAPAT. APA SEBAB? SEBAB SEMUA MAU MAJU KEDEPAN, TIDAK ADA YANG
MAU KALAH, KALU BOLEH DORANG BILANG "HE..NGONI LIA PA KITA BICARA".
YA..ITULAH YANG RATA-RATA MEREKA LAKUKAN.
SAYA MENGAMATI SATU-PERSATU PESERTA YANG BICARA, SEMUANYA JAGO..YA..JAGO
SEKALI BICARA. ARTINYA JAGO=PINTAR DAN SANGAT PIAWAI.
TAPI TIDAK SEMUANYA PINTAR JUGA MEMBERIKAN SOLUSI, ADA YANG HANYA
MELEMPARKAN ISUE TANPA DILENGKAPI DENGAN PEMIKIRAN YANG MEMBERIKAN JALAN
KELUAR. ADA SATU PENANYA ATAU KOMENTATORLAH, BERAPI-API DIA BERKOMENTAR
LAYAKNYA SEORANG JURKAM, TELUNJUKNYA IKUT BICARA DAN SESEKALI NGEDUMEL
SESUDAH ITU DIA KEMBALI DENGAN TENANG-TENANG DI TEMPAT DUDUKNYA DAN
SENYUM-SENYUM BAHAGIA DAN MERASA MENANG.
ADA LAGI YANG MONDAR-MANDIR KESANA-KESINI KAYAK "STRIKAAN" MENUNGGU GILIRAN
BAK' PENGAWAS GARIS LAPANGAN BULU TANGKIS. YA..ADA SUASANA SALING MERAMPAS
MIKE ANTARA PESERTA KOMENTATOR, WADUH...MALU SEKALI SAYA MELIHAT SUASANA ITU.
YA, MALU AMA DIRI SENDIRI SBG. ORG. MINAHASA.
PESERTA KOMENTATOR INIPUN TIDAK SAJA DATANG DARI KALANGAN PRIA SAJA, ADA
JUGA DARI WANITA. SAYA SALUT SEKALI DENGAN KEBERANIAN WANITA-WANITA PENANYA/KOMENTATOR
INI, TAPI SAYA AKAN LEBIH BERBANGGA JIKA MERAKA MEMILKI ETIKA YANG BAIK
DALAM BERTANYA. SERU SEKALI DAN SESEKALI SAYA MERASA TIDAK ENAK MELIHAT
SUASANA YANG TERJADI. APALAGI YANG DIBILANG CYMMOT TTG. WAILAN LANGKAY YANG
DIJELASKAN OLEH SEORANG TUA MINAHASA BAHWA WAILAN LANGKAY ADALAH SEORANG
GENERASI MUDA YANG MELETUP-LETUP SEMANGATNYA DAN SANGAT CONCERN, TAPI YANG
KITA LIA..YA..SAMA CYMMOT..KITA LANGSUNG DAPA INGA PA PATANDHOS, MANGUNI
MAKASIOW YANG SERING NGEDUMEL DI FOR-DIS. EH..JANGAN-JANGAN SATU PERGURUAN
BARANGKALI.HE..HE...(PITANYA NO!!).
IDE MINAHASA MERDEKA, SERINGKALI DILONTARKAN. TAPI, SEPINTAS YANG SAYA LIHAT
INI BARU MERUPAKAN IDE AWAL YANG BELUM DILENGKAPI DENGAN PERANGKAT DAN
PERENCANAAN YANG OK. MASIH WACANA..YA, ITULAH YANG MEREBAK DISANA.
DARI SEMUA PENANYA/KOMENTATOR, SAYA MELIHAT ADA KESAMAAN CARA PEMBAWAAN DI
MEREKA, MEREKA MEMILIKI TIPE YANG SAMA, YA...ITU YANG SAYA LIHAT DARI ATAS
PODIUM. SAYA PENASARAN, YA..MAKLUM BARU KALI INI SAYA TERLIBAT SEMPURNA
DENGAN SELURUH ORANG MINAHASA (HAMPIR MEWAKILI). SAYA BERTANYA KE TEMAN SAYA,
SIAPA MEREKA KANG?? APAKAH MEREKA DARI LSM ATAU PARTAI POLITIK?? TEMAN SAYA
BERTANYA? KENAPA? YA, SAYA MELIHAT MEREKA SEPERTI JURKAM SAJA. HE..HE..TEMAN
SAYA TERTAWA DAN DIA BILANG "MEREKA ITU RATA-RATA PENDETA DAN BERPENDIDIKAN
SARJANA TEOLOGIA (STH) ADA JUGA YANG MASIH SEKOLAH DI FAK. TEOLOGI"
HMMMMM..YA..YA...DIAM-DIAM SAYA SANGAT KAGET SEKALI. KENAPA?? KARENA DI
BENAK PIKIRAN SAYA, SAYA PIKIR HANYA ORG2 SOSIAL POLITIK YG SELALU BERBICARA
DEMIKIAN, TERNYATA TIDAK DI MINAHASA. YA, POSITIF JUGA.
TAPI SAYA MELIHAT SUDUT NEGATIF (MAAF JIKA SAYA BERPIKIR
DEMIKIAN)"WAH..GIMANA JEMAAT NYA JIKA PENDETANYA SENANG MENGEJEK ORANG
DIDEPAN UMUM TANPA ADA BELAS KASIHAN SEDIKITPUN??"
KENAPA SAYA MENANGKAP DEMIKIAN?? ADA SATU PENDETA DENGAN BERKALUNGKAN KALUNG
SALIB BESAR (DARI PODIUM AJA KELIHATAN), "ANDA CONNY RUMONDOR HANYA
MENCARI-CARI MUKA SAJA..." SUNGUH MATI SAYA KAGET. MEMANG SAAT ITU
BARANGKALI CONNY TIDAK DAPAT MENGUASAI ACARA DISKUSI INI SEHINGGA INSTRUKSI
YANG DIBERIKAN UTKNYA, TANPA PIKIR PANJANG-PANKANG LGS. DILONTARKAN. KASIAN
JUGA KANG? MALU NGGAK ITU KALU DIKATAIN GITU? IDIIIHHH KALU KITA SOMALO
SKALI NO.
CARA ITUPUN DIIKUTI OLEH SEORANG CALON PENSETA WANITA YANG KONON MENJADI TIM
PERUMUS, SANGAT MENYEDIHKAN. TAPI ITULAH KENYATAANNYA.
DARI YANG SAYA AMATI SEBAGIAN BESAR PENDETA-PENDETA KITA INI, TIDAK
MENUNJUKKAN SIFAT PENDETANYA YANG MENURUT SAYA, BERTUTUR KATAPUN MESTI
MENGANDUNG APLIKASI "CINTA KASIH". PENDETA HARUS BISA MENAHAN DIRI, TIDAK
MESTI SEPERTI ORANG2 YANG BERKECIMPUNG DI DUNIA POLITIK YANG MEMANG
SEKOLAHNYA POLITIK DAN JU-BIR ATAU JUR-KAM, BUKANKAH BEGITU,TEMAN-TEMAN
PENDETA DI FORDIS INI???
MUNGKIN SAYA SALAH DENGAN PENGAMATAN SAYA INI, MOHON DIKOREKSI DAN MOHON
DIBERIKAN PENJELASAN. NAMUN INILAH KENYATAAN YANG SAYA SAKSIKAN. DAN AKHIR
DARI SEMUA INI SAYA LEBIH MEMILIH MENJADI PELANTUM BEBERAPA TEMBANG BUAT
PESERTA KMR...YA..SAYA PIKIR LEBIH ENJOY DAN NGGAK MEMBUAT EMOSI DAN
DAR-TING... |
|
|